Agung Hidayat, S.Pd.

Agung Hidayat, S.Pd.

Mudahkanlah, jangan dipersulit!

Kamis, 28 Desember 2017 01:14

Prestasi

PRESTASI SEKOLAH
PERIODE 2015 s/d 2017

  • Juara I PORSEMA SILAT Kelas D Putra Tingkat Kabupaten Th. 2015
  • Juara II PORSEMA SILAT Kelas D Putra Tingkat Provinsi Th 2015
  • Juara III PORSEMA Bola Volley Putra Putri Tingkat Kabupaten Th. 2015
  • Juara III PORSEMA Futsal Tingkat Kabupaten Th. 2015
  • Juara II Kejurda Silat Jateng DIY Kelas D Putra Tingkat Provinsi Th. 2015
  • Juara I LKS Teknik Komputer dan Jaringan Oskanu Porsema Kabupaten Th. 2016
  • Juara I Pencak Silat Harimau Putih Championship I Th. 2016
  • Juara II Lomba Lari Sprint PORSEMA Kabupaten Th 2016
  • Juara II Tenis Meja Putri PORSEMA Kabupaten Th. 2016
  • Juara II LKS Teknik Kendaraan Ringan PORSEMA Kabupaten Th 2016
Kamis, 28 Desember 2017 01:08

Sarana dan Prasarana

P 20180409 121900 HDR

  • Luas Tanah Milik : 1100 M3
  • Gedung Lantai 3
  • Ruang Kelas Sejumlah 30 Ruang
  • Ruang Bengkel TKR
  • Ruang Bengkel TSM
  • Ruang Lab TAV
  • Ruang Lab TITL
  • Ruang Lab TKJ
  • Ruang UNBK Ber AC sejumlah 3 ruangan
  • Pondok Pesantren
  • Lapangan

JAKARTA - Memasuki tahun ketiga pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus memperluas akses pendidikan. Melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP), pemerintah berupaya memberikan kesempatan sekolah kepada setiap anak Indonesia. 

Berdasarkan data per 11 November 2017, tahun ini pemerintah telah menyalurkan KIP sebanyak 13.496.634. Jumlah itu terbagi untuk di jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak 7.778.963 anak, sekolah menengah pertama (SMP) sebanyak 3.244.134 anak, sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 1.037.351 anak, dan jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) sebanyak 1.436.186 anak.

KIP ini diberikan tidak hanya kepada mereka yang keluarga miskin, tetapi juga menyentuh anak yatim piatu, anak penghuni panti asuhan, dan peserta didik nonformal. "Ini adalah upaya perwujudan bahwa negara harus memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat konferensi pers Kilas Balik Kinerja Kemendikbud Tahun 2017 dan Rencana Kerja Tahun 2018 di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan, kementerian berupaya agar bantuan sosial bagi anak tidak mampu ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Namun, di sisi lain juga perlu transparansi dan akuntabilitas. Karena itu, kementerian memberi KIP dalam bentuk simpanan pelajar yang dilengkapi dengan kartu ATM. Terobosan ini akan mendorong transaksi nontunai dan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di tingkat pelajar. 

"Kalau anak-anak punya rezeki, dengan ATM bisa buat tabungan juga dan tahun ini sudah 100% bisa dilaksanakan melalui nontunai," ujar dia.

Dia mengungkapkan, pada tahap awal pihaknya mengalami kesulitan dalam membuka akses penggunaan ATM pada siswa jenjang SD dan harus ada pendampingan dari orang tua. Namun, tak patah arang, Kemendikbud melakukan negosiasi dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan bank.

Alhasil, saat ini siswa SD telah diperkenankan menggunakan ATM untuk memperoleh dana. Untuk mendukung program Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dan Keterampilan, Kemendikbud telah melatih 12.750 guru untuk menjadi guru produktif dan merekrut 15.000 guru program keahlian ganda. Selain itu juga Kemendikbud telah bekerja sama dengan delapan kementerian dan 16 dunia usaha dan industri. Sebanyak 3.574 industri telah bekerja sama dengan SMK. 

Pengamat pendidikan UPI Said Hamid Hasan berpendapat, akses pendidikan masih belum baik dan tingkat drop out juga masih tinggi. Said melihat kebijakan pendidikan pemerintah belum jelas arah dan programnya sehingga masyarakat selalu diberi isu kontroversial yang menghabiskan banyak waktu, pikiran, dan energi. "Hal ini menunjukkan kebijakan pendidikan yang hit and run," kata dia. 

Menurut dia, kebijakan pendidikan belum mampu memenuhi hak warga negara mendapat pendidikan dan tidak diskriminatif. Keadaan ini membahayakan kehidupan bangsa pada masa depan sehingga bonus demografi akan menjadi musibah demografi. Konsekuensi lain dari kebijakan yang demikian, pendidikan karakter yang sedang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 meng alami truncated atau pemeng galan karena hanya dinikmati oleh sebagian anak bangsa yang mendapat pendidikan dan terdidik di sekolah berkualitas.

Terkait problem guru, pemerintah belum memiliki pemhaman yang jelas antara kualifikasi dan kualitas. Hal ini menyebabkan pemerintah tidak mengakui kualifikasi yang sudah dikeluarkan. Guru yang sudah memiliki kualifikasi/akta dianggap tidak berlaku karena istilah bukan sertifikat dan diperoleh tidak melalui sistem pen didikan baru sehingga terjadi pemborosan dalam jumlah yang sangat besar.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri menyoroti tentang guru honorer K-2. Dia menyatakan, guru adalah ujung tombak pendidikan, sedangkan pemerintah sudah berulang menjanjikan guru honorer K-2 untuk diangkat menjadi PNS. "Tetapi faktanya sampai sekarang hanya pemberkasan," terang dia.

Menurut dia, jika sudah ada sejumlah guru honorer yang memenuhi syarat diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), selayaknya segera diseriusi oleh pemerintah. Dia menambahkan, kebutuhan terhadap guru sampai sekarang sangat mendesak dengan pelarangan sekolah, dinas, bahkan pemerintah daerah mengangkat pegawai honorer sehingga rasio guru dan murid sangat tidak seimbang dan jauh dari standar nasional pendidikan.

KOMPAS.com – Secara harfiah, menuntut ilmu kini tak sebatas ke Negeri China yang notabene masih berada dalam zona benua Asia, tetapi semakin meluas hingga ke benua Eropa, misalnya saja Belanda.

Negara yang berada di wilayah barat laut benua Eropa ini memang menjadi tujuan studi favorit bagi para pelajar dunia. Lembaga nonprofit di bidang pendidikan tinggi Belanda, Nuffic Neso Indonesia, bahkan menyebut bahwa 1 dari 10 siswa di Belanda adalah mahasiswa internasional.

Belanda tercatat memiliki lebih dari 112.000 mahasiswa internasional. Dari jumlah ini, sekitar 1.600 di antaranya adalah mahasiswa asal Indonesia. Jadi, apa yang membuat mahasiswa kepincut dengan Negeri Kincir Angin tersebut? Berikut ulasannya.

1. Program internasional

Universitas-universitas di Belanda menawarkan program berbahasa Inggris yang terbesar di benua Eropa, yakni sekitar 2.100 program. Tentu hal ini menjadi kemudahan sendiri bagi mahasiswa asing. Mereka tidak diwajibkan untuk bisa berbahasa Belanda.

Tak hanya itu, 95 persen dari penduduk Belanda rupanya telah mahir berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Hal ini tentu akan membuat pelajar internasional, termasuk pelajar Indonesia, mudah membaur dengan masyarakat lokal.

(Baca: Mau Tahu Rasanya Kuliah di Belanda?)

2. Pendidikan berkualitas

Kualitas institusi pendidikan Belanda telah diakui dunia. Sebab, pendidikan dan keterampilan yang baik merupakan syarat penting untuk mencari pekerjaan di negara ini.

Menurut OECD Better Life Index, Belanda mendapat angka yang cukup tinggi di atas rata-rata dalam hal pendidikan dan keterampilan ini.

Sistem pengajaran di Belanda bersifat interaktif dan berpusat pada siswa. Mahasiswa tak perlu ragu untuk mengutarakan pendapat dan berpikiran terbuka.

Mereka juga akan dibimbing untuk dapat mengembangkan keterampilan yang sangat berharga, seperti menganalisis, memecahkan masalah praktis, dan berpikir kreatif.

Di sisi lain, biaya kuliah dan biaya hidup di Belanda juga tergolong lebih rendah daripada negara-negara berbahasa Inggris lainnya.

Ditambah lagi, ada begitu banyak beasiswa yang ditawarkan oleh Pemerintah Belanda, seperti Studeren in Nederland, Netherlands Fellowship Programme, juga Orange Tulip Scholarship.

(Baca: Apa Saja Tawaran Beasiswa dari Pemerintah Belanda?)

3. Komunitas internasional

Seperti disebutkan sebelumnya, Belanda memiliki lebih dari 112.000 mahasiswa internasional. Mereka berasal dari 190 negara berbeda.

Artinya, saat menuntut ilmu dan menetap di Belanda, mahasiswa akan berinteraksi dengan masyarakat global, saling bertukar pikiran, serta mempelajari kebudayaan dari berbagai negara.

(Baca: Kuliah di Luar Negeri, Bersiaplah Hadapi "Gegar Budaya"!)

4. Negara yang aman dan bahagia

Menurut indeks Global Peace 2016, Belanda masuk ke dalam daftar 25 negara teraman di dunia. Tak hanya aman dari tindak kriminalitas, Belanda juga memiliki keamanan tinggi dalam sistem transportasi.

Maka tak heran, Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl, menyarankan agar para pelajar Indonesia mencoba sepeda sebagai alat transportasi saat di Belanda. Selain cepat, sehat, dan murah, bersepeda juga menjadi praktik nyata untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

Di sisi lain, Belanda berada pada posisi enam dalam daftar negara paling bahagia versi World Happiness Report 2017. Memang, secara umum, masyarakat Belanda mengaku puas dengan kehidupan mereka.

Ketika diminta untuk menilai kepuasan umum mereka terhadap kehidupan dalam skala dari 0 sampai 10, orang-orang Belanda memberi nilai 7,3.

5. Jelajah Eropa

Menempuh studi di Belanda akan memberi kesempatan untuk menjelajah daratan Eropa. Hanya dalam tiga jam, kita sudah bisa berfoto di Menara Eiffel, yang menjadi ikon kota Paris.

Sementara itu, perjalanan pergi-pulang menuju London dan Berlin hanya menghabiskan lima sampai enam jam dengan berkereta.

6. Berkarier di kancah internasional

Belanda merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-18 di dunia. Beberapa perusahaan multinasional besar, termasuk Philips, Shell, dan Unilever, berasal dari Belanda.

Nah, guna menjajal bagaimana berkarier di negara tersebut, Pemerintah Belanda memberikan kesempatan kepada mahasiswa internasional untuk mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah.

Mahasiswa internasional yang telah lulus dari masa studi dapat mengajukan permohonan izin tinggal selama satu tahun untuk mencari pekerjaan atau memulai bisnis di sana.

Masih ada begitu banyak informasi tentang bagaimana serunya kuliah di Belanda yang akan dikupas pada Deutch Placement Day 2017 (DPD 2017). Acara ini akan digelar di dua kota, yakni Surabaya pada Senin, 30 Oktober 2017 dan Jakarta pada Jumat, 3 November 2017.

(Baca: Ingat... Otak Anda Jangan "Kosong" Saat Hadiri Pameran Pendidikan!)

Dalam pameran pendidikan ini, para calon mahasiswa bisa memperoleh informasi mengenai berbagai beasiswa untuk studi di Belanda, menjajal IELTS Prediction Test, serta mengikuti seminar menulis Motivation Statement.

Menariknya, dalam one-on-one session, pengunjung dapat bertatap muka langsung dengan perwakilan universitas di Belanda, tentu dengan perjanjian terlebih dahulu.

Untuk informasi lebih lebih lengkap tentang Deutch Placement Day 2017, Anda bisa mengunjungi laman nesoindonesia.or.id/dpd2017.

Tunggu apa lagi? Yuk tuntut ilmu sampai ke Negeri Belanda!

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2017/10/16/12153071/tak-lagi-ke-china-zaman-now-tuntut-ilmu-sampai-ke-negeri-belanda

Halaman 2 dari 4